STOP GHIBAH
Oleh : Asih Drajad Lumintu
Moms, pagi telah menyapamu kembali. Segenap pujian buat Allah yang membangunkan kembali setelah tidur malam. Lisan adalah suatu anugerah. Nikmat lisan dan berbicara merupakan karunia Allah kepada hambaNya.
"Mulutmu, adalah harimaumu." Sebuah pepatah yang mengungkapkan kekuatan lisan dalam kehidupan seseorang.
Mau dipergunakan untuk apa lisan Moms. Apakah ucapan kebaikan atau keburukan, kelak menjadi tanggung jawab Moms sendiri.
Dalam kegiatan sosial di masyarakat, kerap potensi lisan ini justru menjadi bumerang bagi pemiliknya. Ghibah, gosip, isu, namimah, dan sejenisnya, tak jarang mewarnai saat berlangsung percakapan.
Terlebih kaum perempuan. Sangat rentan terlibat dalam percakapan berisi ghibah ini. Perempuan dikenal lebih banyak berbicara dibanding lelaki. Kondisi ini sesuai fitrah dan peran perempuan sebagai pendidik anak-anaknya dan pengatur rumah tangga di rumah. Namun, betapa sayangnya, jika potensi lisan ini digunakan untuk bergunjing (ghibah).
Ghibah dalam Islam termasuk hal yang penting dan berat. Ghibah menyangkut kondisi kejiwaan seseorang. Orang yang suka berghibah menjadi tanda ada penyakit hatinya. Membicarakan, menggunjing atau menggosipkan kekurangan orang lain, bahkan cenderung lupa diri.
Sejatinya tidak ada manfaat dari ghibah, kecuali sekadar pengisi waktu luang yang sia-sia (laghwi). Justru menambah dosa seseorang. Sedangkan akibat ghibah itu besar dan berbahaya, seperti : muncullah perselisihan, pertengkaran dan perselisihan.
A. Apa itu ghibah?
Suatu waktu Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya, "Tahukah kalian apa itu ghibah?." Lalu sahabat berkata: Allah dan rasulNya yang lebih tahu. Rasulullah bersabda: Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia benci. Beliau ditanya: Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku? Rasulullah bersabda: jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu maka sungguh engkau telah ghibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya maka engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu. (HR. Muslim).
Ghibah bermakna menyebut saudaramu dengan hal yang tidak disukainya jika ia mendengarnya, baik kamu menyebutnya dengan kekurangan yang ada pada badan, nasab, akhlak, perbuatan, perkataan, agama, atau dunianya, bahkan pada pakaian, rumah dan kendaraannya. Misalnya, kita menyebut seseorang itu pendek, hitam, pesek atau semua hal yang menggambarkan sifat badan yang tidak disukainya, berarti kita telah berbuat ghibah. Termasuk isyarat, anggukan, picingan, bisikan, tulisan, gerakan dan semua hal yang memberi pemahaman tentang kekurangan seseorang dan itu tidak disukainya, maka ia masuk ghibah dan diharamkan. (Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin).
Moms, menjaga lisan dan memilih berkata atau diam saja, ternyata menunjukkan posisi keimananmu di saat itu.
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari).
B. Larangan Berghibah.
Ghibah adalah perbuatan tercela yang diharamkan. Banyak keburukan yang ditimbulkan dari ghibah ini. Di zaman kini, bahkan ghibah masuk pula di dunia maya. Berita gosip, isu, dan kabar-kabar privasi yang merupakan aib seseorang, disebarkan secara terbuka. Ghibah seolah-olah menjadi sesuatu yang lumrah. Padahal peringatan Allah terhadap pelaku ghibah sangat jelas.
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS Al Hujarat:12).
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam melarang perbuatan ghibah,
"Barang siapa menahan ghibah terhadap saudaranya, maka Allah akan menyelamatkan wajahnya dari api neraka kelak pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi)
Balasan bagi para pelaku ghibah juga sangat berat dan hina, Moms
Allah memberikan balasan siksa di dalam kubur berupa siksa, begitu juga balasan siksa di akhirat nanti. Jabir RA berkata, kami pernah bersama Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam dalam suatu perjalanan, kemudian Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam melewati dua kuburan yang penghuninya tengah disiksa. Lalu Nabi bersabda :
"Sesungguhnya keduanya disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Yang satu (disiksa karena) dahulu menggunjing orang, sedangkan yang lain (disiksa karena) dahulu tidak membersihkan kencingnya. Kemudian Nabi meminta pelepah dua korma dan membelahnya, kemudian memerintahkan agar setiap belahan itu ditanam di atas kuburan. Nabi bersabda : Sesungguhnya keduanya akan diperingan siksanya selagi kedua pelepah itu masih basah atau belum kering."
C. Trik menghindari ghibah.
1. Jangan Moms terpancing pembicaraan yang mengarah pada sifat, perilaku, dan fisik seseorang yang negatif.
2. Belajar berpikir positif terhadap perilaku orang lain, menghindari Moms dari prasangka buruk. Biasakan lakukan konfirmasi, klarifikasi terlebih dulu terhadap suatu berita.
3. Pergunakan dua kacamata atau sudut pandang berbeda. Satu untuk melihat kebaikan orang lain. Dan satu lagi untuk instrospeksi diri. Lihatlah kekurangan yang ada pada diri sendiri. Ini efektif untuk mengontrol dirimu saat berbicara atau berinteraksi di media sosial.
4. Perbaiki pergaulan dan hindari teman yang suka menghibah. Nasihat Mom kepada teman tentu berguna menstop ghibah itu.
5. Sibukkan diri Moms dengan kegiatan yang bermanfaat yang membuat diri melupakan ghibah.
Semangat Pagi,Moms
Selamat beraktivitas!
Posting Komentar
Posting Komentar